Ketika aku hanya berani mencuri pandang
Wajahmu disana
Dengan pakaian rapat tak kau biarkan auratmu Terbuka
Karena memang tak selayaknya bisa dipandang
Oleh sembarang mata
Kumulai beranikan diri tuk bertanya
Tuk selanjutnya berbagi cerita
Telah kukatakan kepadamu sejak mula
Bahwa aku adalah lelaki ibuku sepanjang masa
Sebagai wujud bakti
sebagaimana rasul telah bersabda
“Ibumu”Ibumu”ibumu” begitulah dalam sebuah Hadits yang pernah kubaca
“lalu ayahmu!” sebagai kelanjutan ucapan dari Lidah yang mulia
Sebuah jawaban darimu membuatku begitu lega
Kau berkata bahwa lebih baik memiliki suami yang Berbakti dari pada yang durhaka
Kau berkata lebih baik memiliki suami yang Dermawan dari pada yang bakhil harta
Dan kaupun berharap bahwa pendampingmu kelak bisa membuatmu bahagia
kau pernah berkata ingin segera menikah sebagai suatu rencana
bila kelah Allah mempertemukanmu dengan jodoh pilihan-Nya
agar mampu menjaga kemurnian dan kesucian niatmu
dalam mewujudkan berbagai cita serta menjadikanmu lebih kuat
kala cobaan dan ujian datang menerpa
karena akan ada seseorang yang insya Allah akan mendampingi senantiasa
namun yang harus kau tahu adalah bahwa
aku lelaki biasa
segala kelebihan dan kelemahan pasti kupunya
senanglah hati ketika mengetahui dirimu rutin dalam sebuah tarbiyah
tidak seperti aku yang hanya pernah masuk madrasah
mulai, ibtidaiyah, tsanawiyah namun tidak lanjut ke aliyah
namun sekarang aku telah lulus kuliah
saat ini akupun memiliki ma’isyah
teman-temanku berkata, bahwa sudah waktunya
bagiku mencari ‘Aisyah
mungkin dengan simpanan yang ada cukuplah
untuk sebuah walimah
tentu saja yang sederhana dan bukan yang meriah
dan akupun belum sanggup untuk menyediakanmu sebuah rumah
karena itu kuberpikir untuk mengontrak dulu sajalah
suatu ketika ketika kau bertanya tentang poligami
kujawab bahwa itu adalah ketentuan ilahi
tentu saja aku menyetujui
lantas kau bertanya apakah kau akan
melakukan suatu saat nanti
kujawab apa mungkin bila adil sebagai syarat
utama tak mampu kumiliki
engkau tersenyum kemulut atau mungkin sampai kehati
sambil mengakui bahwa dirimu belum bisa menerima bila hal itu terjadi
dan dirimu juga tak bisa menyamai saudah binti zam’ah istri sang nabi
yang tulus ikhlas kepada ‘aisyah dalam berbagi
suatu ketika giliranku aku bertanya tentang
kemampuan bertilawah
kau menjawab bisa walau tak mau dibandingkan
dengan para qoriah
karena kau merasa masih banyak berbuat salah
dalam mengucap hukum tajwid dan huruf-huruf hijaiyah
Insya Allah kita akan belajar bersama-sama belajar
bila kelak kita menikah
untuk mewujudkan keinginanmu agar bisa
menerangi setiap ruang rumah
dengan alunan suara al-qur’an yang merupakan
ayat-ayat qauliyah
dari situ mungkin kita bisa membaca ayat-ayat kauniyah
untuk memastikan keyakinanmu untuk menikah
kaupun mengundangku ketempat temanmu
seorang murabbiyah
dan tak lupa kau undang aku tuk datang kerumah
sebagai awal perkenalan dengan bunda dan ayah
dan sebuah titik temu tercapailah
istikharah mencari jawaban tuk menggapai alhub
fillah wa lillah
dalam doa kubersimpuh pasrah
memohon datangnya jawaban kepada sang
Pemberi Hidayah
bila jawaban itu masih menggantung dilangit,
maka turunkanlah
bila jawaban itu masih terpendam di perut bumi,
maka keluarkannlah
bila jawaban itu sulit kuraih, maka mudahkanlah
bila jawaban itu masih jauh,maka dekatkanlah
teruntuk calon istriku
terimah kasih atas sebuah ta’aruf yang indah
bila datang jawaban itu, kumohon agar memanggilku
denga sebuatan” abang”
Sumber : Istikharah Cinta